Translate

Kamis, 07 Februari 2013

Cerpen 1 (Cita Ini Milikmu)


Cita Ini Milikmu
Oleh : Elviyana Dwi Nuriyanti

 

Pagi yang melelahkan dan membuat hari-hari Cita bosan, ditaman sekolah bibir Cita tak berhenti untuk berbicara ini itu pada Rani, sahabatnya.
“Ya Tuhan ! kenapa harus ada hari sabtu sih !” berteriak hingga orang yang lewat taman melihat tingkahnya yang seperti orang tak waras,
“Kalau gak ada hari sabtu, habis jum’at langsung hari minggu dong, terus seminggu gak jadi tujuh hari tetapi enam hari” cerewet Rani,
“Hih cerewet deh, enak jadi kamu Ran, punya kekasih yang begitu mencintaimu, si imut Rangga. Tiap sabtu bisa keluar, sedangkan aku ? pacaran aja gak pernah, sebelahan sama cowok aja sudah keringat dingin” celotehnya sambil merenungi nasibnya,
“Hai sayangku Cita, kamu kan punya kakak dan adik cowok, memang mereka gak mau keluar sama kamu ?” Rani menemani Cita disebelah,
“Aduh, kakakku itu sudah sama pacarnya, kalau kakakku sama aku terus pacarnya taruh mana? Kalau sama adikku, aku gak mau dibilangin kalau aku adiknya”
“Kamu sudah pernah keluar sama Tama ? terus-terus gimana ? kok gak pernah cerita sih”
“Heboh deh, heboh. Aku pernah ikut pesta ulang tahun temannya Tama, terus Tama minta aku buat nemenin dia katanya sih sekalian mau kenalin aku sama teman-temannya. Waktu sudah masuk ketempat pesta, eh temannya Tama malah bilang, adik loe, gitu!”
“(Tertawa keras) ya Tuhan, wajah tua kayak gini dibilang adik, itu yang bilang kayak gitu lupa gak pakai kacamatanya mungkin atau gak katarak matanya. (Senyum menahan tawa)”
“Hehehe lucu ya, tau ah ! (meninggalkan Rani)”
“Eh Cita tunggu, ih gitu aja ngambek”. Cita pun menuju kantin, diperjalanan dia menabrak orang yang begitu banyak membawa buku, Cita agak ketakutan kalau yang ditabraknya adalah guru, saat dia mendongakkan kepalanya pipi Cita langsung merah dan disusul oleh Rani,
“Cita kamu gak apa-apa, eh Robet hati-hati dong kalau jalan, bawa buku banyak pula, kalau buku kamu nipuk Cita terus Cita sakit gimana ? mau tanggung jawab” gaya lebay Rani keluar semua,
“Aku minta maaf, soalnya aku buru-buru, (merapikan baju Cita) kamu gak apa-apa Cita ? maaf ya (memberi senyuman menawan)”
“Iya gak apa-apa kok, lain kali hati-hati ya, aku juga minta maaf (membalas senyuman Robet)”
“Eh gak bisa cuma minta maaf dong, didunia ini gak ada yang gratis” kata Rani niat membela Cita, aduh ini anak ngomong apa sih ? duh bikin malu aja, batin Cita.
“Kamu harus menemani Cita buat nanti malam mingguan, jam tujuh malam harus sudah ada dirumah Cita, kalau gak aku laporin kamu ke BK kalau kamu sudah menyiksa Cita” what ? ya Tuhan gak waras ini anak, batin Cita
“Boleh, nanti malam waktuku juga kosong, ehm tetapi nanti pulang sekolah aku anterin ya, aku lupa sama jalan kerumahmu (senyum pada Cita dan meninggalakan Cita)”
“Eh Robet (memegang pundaknya dari belakang)”
“Iya (membalikkan badan dan tak lupa senyumannya)” aduh, Robet kalau senyum gitu ganteng banget, gak salah kalau aku suka sama dia, batin Cita, “(menggoyangkan tangan didepan muka Cita) Cita, Cita kamu gak apa-apa ?” kata Robet
“Eh iya, sorry aku ngelamu. Ehm soal yang dibilang Rani gak usah dipikirin, dia cuma asal ceplos aja (senyum sinis)”
“(memegang pundak Cita) soal keluar nanti malam ? gak apa-apa kok lagi pula aku juga ada waktu kosong, dibuat santai aja Cita, janji deh gak bakal ngapa-ngapain (mengangkat jari telunjuk dan jari tengah keatas)” Cita hanya mengangguk dan meninggalkan Robet begitu saja, Cita berjalan lunglai kekantin, Rani yang dibelakangnya menggeleng-gelengkan kepalanya, Cita, Cita, kamu itu cantik, imut, tetapi kenapa kamu tidak bisa mendapatkan pacar, padahal banyak cowok yang menyukaimu, termasuk Robet. Dia juga menyukaimu tetapi kamu tak menyadarinya, menarik nafas dan menghembusnya pelan-pelan dan mendampingi Cita, Cita hanya senyum pada Rani dan tetap berjalan lunglai meninggalkan Rani, Rani hanya bisa diam dan tersenyum lembut dari kejauhan.

* * *

    Pulang sekolah, Robet sudah menunggu Cita didepan kelasnya. Cita masih duduk termenung didalam kelas, apa yang harus aku katakan sama Robet nanti ? aku malu keluar sama dia nanti malam, apa lagi dia pujaan para cewek disekolah, duh kenapa sih aku harus suka sama dia, menarik nafas dan menghembuskannya dengan perlahan. Robet melihat jam ditangannya sudah menunjukkan pukul satu siang, Robet masih tetap menunggu Cita dengan penuh senyuman, Rani keluar dari kelas dan mengetahui Robet duduk didepan kelas Cita, waduh ngapain Robet disitu, jangan-jangan dia nganggep serius omonganku, mampus deh, menepuk keningnya dan menghampiri Robet,
    “Hai Robet (duduk disebelahnya)” kata Rani dengan gayanya
    “Hai (senyum) oh iya Ran, lihat Cita gak. Dari tadi aku disini gak kelihatan batang hidungnya” kata Robet, aduh ngomong apa ya ini ? bingung, batin Rani
    “Aaa, Ci Cita …”
    “Hai Robet, sudah dari tadi ya ? ” Cita menghampiri Rani dan Robet dengan penuh senyuman indah
    “Ya lumayan kok, tetapi gak apa-apa. Sudah semua ? gak ada yang tertinggal dikelas ? biar gak bolak balik kesekolah” Tanya Robet begitu santun
    “Gak ada, sudah aku cek tadi, yuk pulang aku mau istirahat juga, kan nanti kita keluar.” Kata Cita begitu ringan seperti orang yang tak takut apa-apa, what ? cepet banget Cita berubah pikiran, tadi murung banget waktu Robet nyetujui keluar nanti malam, tetapi sekarang ? ah whatever lah, yang penting Cita bisa ngerasain gimana suasana sabtu malam, batin Rani dan senyum-senyum,
    “Hmm, Cita aku balik duluan ya, Rangga sudah nunggu soalnya, bye (melambaikan tangan)” Rani meninggalkan Robet, Cita dan sepeda motor Robet disekolah,
    “Kemana sekarang ?” Tanya Robet
    “Pulang yuk (memegang tangan kiri Robet dengan tangan kanananya) aku ngantuk soalnya (senyum)” kata Cita manja
    “(mengacak-acak rambut Cita) ih manja (tertawa kecil) yuk naik” kata Robet
    “Wah bahaya ni Robet, sudah pegang rambut yang indah ini (tertawa manis) pelan-pelan ya (naik ke sepeda motor Robet)” tiba-tiba tetesan air jatuh dari awan putih, tangan Robet menadah keatas dan pipi Robet basah bukan karena menangis tetapi tetesan air itu,
    “Ada apa Robet ?” kata Cita bingung
    “Kayaknya mau hujan Cita, kamu bawa jaket ?” kata Robet melihat langit biru yang akan berubah menjadi abu-abu kehitaman
    “Aku jarang bawa jaket” kata Cita, dan angin menghembus lembut merasuk kedalam rongga-rongga tubuh Cita
    “(mendekap tubuhnya) Rororoo .. bebebettt, dingin banget (mulutnya bergetar)”
    “Ya Tuhan, Cita mulutmu membiru (memegang lembut bibir Cita) ini pake jaket aku, pegangan yang erat ya, aku gak mau kamu kehujanan (menyalakan sepeda motornya)” Cita langsung mendekap tubuh Robet dengan erat dan meletakkan kepalanya disisih kiri pundak Robet. Dengan begitu kencangnya Robet mengendarai sepeda motor hingga membuat Cita sedikit menitihkan air mata. Sesampainya dirumah Cita, Robet dan Cita langsung cepat-cepat masuk kedalam rumah sebelum air hujan membasahi tubuh mereka, Cita masih berdiri kaku dan mendekap tubuhnya sendiri dengan mulutnya bergetar,
    “Cita kamu gak apa-apa, (memegang muka Cita) mukamu dan bibirmu menjadi begitu putih, kamu kedinginan ?” Cita hanya mengangguk, Robet langsung menggosokkan kedua tangannya berlawanan arah dan begitu lama dia menggosokkannya, setelah selesai dia langsung memegang pipi Cita dengan kedua tangannya yang sudah digosoknya tadi, terus dan terus dilakukan oleh Robet,
    “Sudah agak hangat ?” kata Robet memegang kening dan pipi Cita, Cita mengangguk dan Robet menekan tombol rumah Cita, dan yang keluar dari rumahnya adalah pembantunya.
    “Non Cita, kok menggigil gini, aduh kenapa ini ?” kata pembantunya
    “Bibi saya minta tolong buatkan Cita teh hangat saja, dan sebaskom air hangat untuk kakinya” kata Robet menuntun Cita masuk kedalam rumah, bibi langsung masuk dan menyiapkan apa yang dikatakan oleh Robet. Tak lama kemudian kakak dan adik Cita datang sepulang dari kuliah dan sekolah. Kakak Cita, Heri begitu kaget melihat adiknya menggigil hebat.
    “(menghampiri Cita) ya Tuhan, Cita kamu kenapa sayang ? badan kamu dingin sekali, hay kamu ! kamu apakan adikku (menarik kerah baju Robet)” kata Heri begitu marah, bibi pun datang membawa teh hangat dan air hangat sebaskom, Robet langsung melepas tangan Heri dari bajunya dan mengangkatkan kaki Cita untuk masuk kedalam baskom air hangat itu dan menyuruh Cita meminum teh hangatnya segera, agar badan Cita terasa hangat,
    “Terima kasih ya, Bik” kata Robet “Kamu sudah mendingan ?” Tanya Robet, Tama langsung menelpon ibunda Cita. Cita menarik nafas sedalam-dalamnya dan dihembuskan,
    “Terima kasih ya Robet, akhirnya bisa nafas panjang juga.”
    “Kamu gak apa-apa dek ?” kata Heri, Cita mengangguk dan memeluk Heri
    “Kak, aku habis nelpon bunda, katanya mau pulang” kata Tama
    “Haduh kamu kok bilang bunda sih, aku sudah gak apa-apa” kata Cita
    “Hm, Cita. Aku pulang dulu ya, aku mau istirahat dan siapin nanti malam”
    “Iya, tetapi diluar masih gerimis” kata Cita
    “Kamu pacarnya kak Cita ?” Tanya Tama polos, Cita langsung mencubit perut Tama “Auww, sakit tau !” kata Tama kesal
    “Terima kasih ya, sudah menolong adikku, maaf tadi aku emosi, kamu yakin mau pulang ?” kata Heri
    “Iya kak, aku nanti bakal kesini lagi kok, kan aku mau keluar sama Cita” kata Robet inosen
    “Oh mau ngedate (melirik Cita)” kata Heri
    “Apaan sih, ngeliriknya gak usah kayak gitu, ya sudah (mengantarkan Robet kedepan rumah) hati-hati ya” kata Cita
    “Iya, sudah gak hujan juga. Nanti ya jam tujuh” kata Robet, Cita mengangguk dan melambaikan tangan pada Robet yang sudah jauh meninggalkan rumah Cita dengan sepeda motornya. Saat Cita masuk rumah, Heri dan Tama melihat Cita dengan sinis dan langsung tertawa terbahak-bahak,
    “(tertawa) akhirnya adikku sabtu malam ini bisa ngedate, selamat ya (memeluk Cita dan pergi kekamarnya)” kata Heri
    “Kak Cita hebat, lumayan tuh, ganteng. Ih cucok deh (tertawa dan langsung ke kamar mandi)” kata Tama
    “Ih ini kakak sama adik usil banget sih. Awas kalau jail sama dia” kata Cita sambil masuk kedalam kamar. Ibunda Cita pun datang dan menanyakan pada pembantunya,
    “Non Cita sudah baikkan kok nyonya. Tadi ada yang bantu non Cita, kayaknya pacarnya” kata bibik. Ibunda hanya tersenyum dan menghampiri kamar Cita,
“(mengetuk pintu) Cita, sayang kamu sudah gak apa-apa kan ?” kata Ibunda
“Oh bunda, aku habis mandi. Ini masih mau ganti baju, aku gak apa-apa kok bunda. Bunda gak makan ? kan capek baru pulang dari kantor” teriak Cita dari dalam kamar,
“Iya, bunda tunggu ditempat makan ya ?” kata Ibunda “Iya bunda” teriak Cita.

* * *

Tepat pukul tujuh malam, dari arah jarum jam ke lima ada suara ketukan dari pintu putih yang begitu megah, bibik siap-siap akan membukanya tetapi,
“Sudah, bibik lanjutin buat makan malam aja, biar aku yang buka pintunya (senyum manis)” kata Cita dengan menggunakan celana jeans berwarna biru tua dan dengan baju lengan panjang yang kerahnya memperlihatkan keindahan lehernya yang putih tetapi dia tetap memakai jilbab kreasinya berwarna pink dan ikat ungunya. Dari balik pintu Robet dengan menggunakan kaos biru muda dan jaket berwarna hitam dan putih dengan celana jeans cowok, beralas kaki sepatu confers. Saat Cita membuka pintu rumahnya, Robet menghadap kebelakang, alhasil Cita ketakutan dan menutup pintunya lagi, itu Robet  bukan ya ? buka lagi gak ya ? huh buka aja deh, batin Cita, akhirnya Cita membuka pintunya lagi, dan disambut dengan senyuman manis dari Robet,
“Ya Tuhan, kamu itu ya. Kira’in siapa tadi ?”
“(melamun sejenak) Cita kamu cantik sekali” kata Robet begitu terpukau dengan keanggunan Cita
“Aduh ya, sekarang waktunya mau jalan-jalan bukan buat gombal (mencubit perut Robet) dasar ya !” kata Cita malu-malu
“Aduh, ini tangan kok sukanya cubit perut sih (memegang tangan kanan Cita)” Cita menatap mata Robet, Robetpun juga hingga Ibunda pun membuat lamunan mereka buyar,
“Hhhmm (dari ruang tamu)” kata Ibunda dengan senyuman jail
“Eh maaf Cita (melepas tangan Cita)” pipi Cita pun memerah karena malu
“Disuruh masuk dong tamunya, masak didepan pintu terus” goda Ibunda
“Ya Tuhan, iya aku sampai lupa. Masuk Robet, bunda sama bibik lagi buat makan malam, ikut makan ya ?” kata Cita
“Aduh, tetapi Cita …”
“Sudah ya jangan menolak, sekali ini aja (memasang wajah manja)”
“Ya Tuhan kenapa selalu pasang wajah itu (mencubit pipi Cita) iya iya”
“Aduh, dendam dua kali nih aku, tadi siang berantakin rambutku, sekarang cubit pipiku, pembalasan lebih kejam”
“Waduh, ampun bu (tertawa kecil)” kata Robet, Cita pun memukul pundak Robet dengan manja. Saat ditempat makan, Robet pun dengan sopan mempersilahkan Ibunda Cita dan kakak adiknya untuk terlebih dulu mengambil nasi dan lauk pauk,
“Kamu gak makan Robet ?” Tanya Ibunda
“Tante sama kak Heri dan adik Tama dulu saja, nanti saya terakhir setelah Cita” kata Robet begitu santun, anak ini sopan dan penampilannya begitu rapi, mengingatkanku pada almarhum ayah Cita, batin Ibundanya. Cita pun menuangkan nasi dan laug pauk untuk Robet, Robetpun mengucapkan terima kasih dan memberikan senyuman yang selalu disukai oleh tiap wanita disekolahnya itu. Setelah makanpun Robet membantu bibik untuk membereskan meja makannya,
“Sudah den Robet, biar saya aja” kata bibik
“Gak apa-apa kok bik, kan aku juga ikut makan disini, gak enak kalau membiarkan piring yang sudah kita makan dimeja makan (membawa beberapa piring dan sendok)” Ibunda Cita melihat itu dan tersenyum, Ibunda menghampiri Cita yang sedang membawa tas untuk siap-siap pergi dengan Robet.
“Dapat darimana kamu, cowok ganteng, sopan santun dan rapi seperti itu ? (tersenyum)” goda Ibunda
“Ih bunda itu ngasih aku soal apa tanya sih, omongannya kok kayak ngasih soal gitu (senyum manis)”
“Kalau kamu berpacaran sama dia, bunda setuju sekali. Dia sudah masuk dalam kriteria dalam keluarga kita” Cita melirik sinis pada Ibundanya dan menatap tajam mata Ibundanya,
“(senyum) aku masih belum yakin sama dia bunda, mungkin setelah jalan-jalan ini aku bisa melihat kebaikannya dan keburukannya” kata Cita dengan bijak
“Yah memang bunda tidak bisa memaksakan kamu buat mencintai orang, bunda tahu apa isi hati kamu, kamu sebenarnya suka dengan Robet tetapi kamu takut kehilangan dia begitu jauh.” Kata Ibundanya memeluk Cita. Cita pun menghampiri Robet, Robet pun berdiri dari tempat duduknya dan menyalami dengan hormat Ibunda Cita. Dan akhirnya Cita dan Robet pun berjalan-jalan hari sabtu malam yang tak pernah dirasakan oleh Cita.

* * *

    Robet sengaja menutup mata Cita dengan kain, Robet mencoba membuat Cita senang dan berkesan dengan hari pertamanya merasakan suasana sabtu malam bersama seseorang, walaupun belum tentu dicintai oleh Cita.
    “Ini kemana sih, boleh dibuka gak mataku, sakit nih. (memegang tangan kanan Robet)” kata Cita takut
    “Boleh gak ya ? (memegang erat tangan Cita) aku buka ya penutup matanya !” Robet pun membuka penutup mata Cita dengan perlahan, Cita hanya melongok melihat tempat yang begitu indah dan begitu nyaman.
    “Aku gak mimpikan kesini ? (melihat wajah Robet)” kata Cita masih terpukau dengan suasana yang sangat romantis itu,
    “Sini deh (memegang tangan Cita) aku kasih tahu tempat bagus buat foto-foto (tersenyum)” kata Robet begitu halus. Memang benar kata orang-orang, tempat dengan banyak tanaman kuning menjalar dimana-mana yang biasa dikatakan alang-alang itu, memang indah bila dilihat, dirasakan dan dinikmati. Tempat beralang-alang sangat begitu nyaman untuk orang yang sedang bersedih, apalagi Cita menikmatinya pada saat malam, banyak bintang yang bertaburan dilangit yang kelabu itu dan bulan begitu sangat menyinari kegelapan malam itu. Ada sebuah tempat duduk didekat pohon besar yang disekitarnya masih ada tanaman alang-alangnya.
    “Gimana Cit ? suka gak ?” kata Robet
    “Jelek (dengan bibir manyun)” kata Cita dengan melirik Robet
    “Kok jelek sih, padahal ini tempat yang paling bagus dan bikin tenang suasana hati loh (menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu)” kata Robet
    “(Tertawa) hahahaha, gak kok Robet, bagus tempatnya. Ini tempat paling bagus yang pernah aku lihat dan aku rasakan, terima kasih ya (senyum manis)” kata Cita, Robet mengangguk, Cita menaruh kepalanya dipundak kanan Robet, sempat kaget tetapi Robet mencoba untuk biasa saja. Robet pun memulai bertanya satu hal pada Cita,
    “Hmm, Cita. Kamu sudah pernah merasakan menyukai seseorang ?”
    “(heran) kenapa Tanya kayak gitu ?” kata Cita langsung menegakkan kepalanya dan menatap wajah Robet dengan menggerutkan keningnya,
    “Hmm, ya gak apa-apa, cuma Tanya aja. Gimana ?” kata Robet
    “Tetapi janji gak ketawa ya ? (menunjuk hidung Robet)” kata Cita
    “Oke (menutup mulutnya)” Cita pun menggelengkan kepalanya dan menundukkan kepalanya “Belum pernah” lanjut Robet
“Iya belum, aku takut sama cowok. Nanti sudah terlanjur cinta banget sama cowok tetapi dia suka menyakiti hati wanita. Tetapi aku juga ingin tahu bagaimana rasanya dicintai oleh lawan jenis (menundukkan kepala ke lututnya)” kata Cita lumayan sedih
“Maafkan aku Cita, aku tak bermaksud . .”
“Iya gak apa-apa kok (pipinya basah)”
“(mengusap air matanya) jangan sedih dong, kan niatnya keluar ini buat senang. Hmm, kalau aku boleh jujur. Aku juga gak pernah pacaran, tetapi aku sudah pernah tahu bagaimana dicintai oleh perempuan. Sayangnya orang yang mencintai aku bukan orang yang aku cintai” kata Robet panjang lebar
“(Cita melihat wajah Robet) serius gak pernah pacaran ?” Robet mengangguk, oh My God dia belum pernah pacaran, kalau dia nembak aku. Aku jadi pacar pertamanya dong, lamunan Cita hingga membuatnya senyum-senyum sendiri,
“Kamu gak kenapa-napa kan Cita (meletakkan telapak tangannya dikening Cita)”
“Ihh, apaan sih. Kamu piker aku gila ?” kata Cita sewot, Robet tertawa manis. Cita menggoyangkan alang-alang disisi kanannya membuat kunang-kunang yang bersembunyi beterbangan hingga sekitar Cita dan Robet menjadi bercahaya. Cita memejamkan matanya dan membaringkan tubuhnya dialang-alang, Robet melihat Cita begitu senang dengan pemandangan itu, Robet ]pun mengatakan satu hal yang membuat Cita terkejut,
“Seandainya aku bisa menjadi pacarku (menatap langit malam)” kata Robet
“(menoleh ke badan Robet) kamu bilang apa barusan ?“ kata Cita, untung aja Cita gak denger, huh syukur deh, batin Robet dengan mengelus-elus dadanya dengan tangannya.
“Kalau kesini sama orang yang disayangi, pasti so sweet banget  ya, Bet” kata Cita dengan memejamkan matanya.
“Iya, apa lagi sekarang udaranya sejuk banget, oh iya memang siapa orang yang kamun sayangi ? kak Heri atau Tama. Oh mungkin Ibundamu ya ?” kata Robet
“Kamu !” kata Cita begitu mulus tanpa sara malu sedikitpun,
“Hah ! siapa ?” kata Robet pura-pura tak mendengar apa yang dikatakan Cita,
“(beranjak dari tidurnya dan berdiri) ya sudah kalau gak kedengaran (meninggalkan Robet yang masih duduk manis)”
“Hai, mau kemana (menyusul Cita) jangan pergi (memegang tangan Cita) ” kata Robet, Cita hanya menoleh kebelakang “(menarik tangan Cita) Aku sayang sama kamu Cita (mendekap tubuh Cita)” Robet begitu erat memeluk Cita yang masih bingung, aku dipeluk Robet ! aku gak mimpikan ini, batin Cita. Robet pun melepas dekapannya dan menatap wajah Cita dengan begitu dalam, semakin mendekat wajah Robet didepan muka Cita, seketika Cita memejamkan matanya erat sekali, Robet yang melihat reaksi Cita tersenyum manis dan mengecup kening Cita dan dia membuka matanya, Robet member senyuman dan mengecilkan matanya.
“Ih apaan sih ?(mendorong badan Robet)” pipi Cita pun berwarna kulit strawberry yang sangat merah dan baru dipetik dari kebun, segar sekali
“Ih pipi bakpo (mencubit pipi Cita) nah loh kok jadi rasa strawberry bakponya (menunjuk pipi Cita dengan jari telunjuk)” kata Robet dengan penuh senyum.
“Gak tahu ah. Pulang aja ! (berjalan menjauhi Robet)”
“Hay (memegang tangan Cita lagi) jangan ngambek dong” kata Robet dengan memegang kedua tangan Cita dan diciumnya kedua tangan Cita, Cita merasakan begitu romantisnya Robet.
“Aku cinta sama kamu Cita, aku sudah lama suka sama kamu. Tetapi aku takut kamu cemburu bila masih banyak yang memujiku disekolah”
“Sekerang juga masih ada yang memuji kamu (melepas tangannya)” kata Cita
“Sudah gak ada kok, ya mungkin Cuma hanya sekedar menyapa saja. Mereka sudah tahu bila aku suka sama kamu. Rani juga sudah tahu kalau aku suka kamu, makanya dia bilang seperti itu sama aku. Rani tahu kalau aku suka kamu sejak aku sering melihat kamu dikantin, diperpustakaan dan disaat kamu tampil untuk ngedance dikegiatan akhir semester.”
“(agak bengong) Rani tahu ? kenapa dia gak cerita ?” kata Cita, akhirnya Robet pun menceritakan awal mula Rani tahu jika dia menyukai Cita. Dan akhirnya Cita memaklumi bahwa awalnya Robet hanya kagum karena Cita begitu semangat dan selalu senyum dalam setiap dia melakukan aktifitas apapun, dari kekaguman itu, akhirnya Robet ingin memiliki hati Cita dan menjaga Cita dalam suka dan duka, dalam sedih dan senang selalu bersama.Cita pun juga mencerita pada Robet mengapa dia bisa suka Robet dan apa alasannya.
“Hmm Cita (memegang kedua tangan Cita)” wajah Robet berubah menjadi sangat serius,
“Iya (menatap wajah Robet)”
“Kamu mau gak jadi pacarku, selalu ada saat suka dan duka, saat senang dan sedih ?” kata Robet. Cita agak bingung, tetapi Cita juga mengharapkan terjadi seperti ini suatu ssat nanti, Cita masih ragu dan masih takut bila nanti kehilangan Robet begitu jauh, Cita melepas tangan Robet perlahan dan dia menggelengkan kepalanya,
“Kenapa Cita ? aku sayang sama kamu, aku gak akan menyakiti hatimu” kata Robet berusaha memegang tangan Cita kembali tetapi selalu dilepasnya, dan masih tetap menggelengkan kepalanya,
“Apa alasan kamu untuk menolakku Cita ?” kata Robet begitu terpukul dengan jawaban Cita,
“Maaf ya Robet, aku memang sayang sama kamu, aku cinta sama kamu. Aku juga ingin suasana seperti ini bersama kamu dan mendapatkan kejadian yang begitu indah ini bersama kamu, tetapi maaf (merundukkan kepala)” kata Cita, Robet menjadi putus asa,
“Hmm (menghembuskan nafasnya) ya sudah bila itu jawaban kamu” kata Robet lemas
“Maaf ya Robet, aku gak bisa. Aku gak bisa lama-lama gak jadi pacarmu (tersenyum)”
“Maksud kamu Cita ?” Robet masih bingung dengan jawaban Cita
“Iya maaf, aku gak bisa buat nolak kamu dan lama-lama gak pacaran sama kamu”
“Hih dasar pipi bakpo (mencubit pipinya)” Robet merasa gemas dan memeluk Cita “Terima kasih ya Cita, aku akan selalu jaga kamu” Cita pun mengangguk.

* * *

Esoknya mereka selalu bersama-sama, dimana ada Cita selalu ada Robet dan
dimanapun ada Robet selalu ada Cita, walaupun kelas mereka begitu terpisah jauh tetapi mereka selalu bersama-sama dan saling mengisi, membantu satu sama lain. Suatu ketika, Robet ada acara untuk perwakilan dari anggota mading disekolahnya dan Robet adalah anggota yang paling aktif di mading sekolah tersebut, acara itu dimulai dari jam istirahat selesai hingga pukul dua sore. Sedangkan sekolah pulang pukul satu siang, Robet pun menelpon Cita agar pulang nanti tidak usah menunggunya,
    “Halo, assalamu’alaikum” kata Cita
    “Sayang, aku ada acara buat walkshop mading sekolah, nanti jangan . . .”
    “Halo sayang (melihat ponselnya) yah bateraiku habis, dia ada acara walkshop dimana ya ? ah nanti waktu istirahat aja kekelas Robet”
    “(dikelas Robet) loh kok dimatikan (beranjak kekelas Cita)”
“(masuk dalam kelas) selamat pagi anak-anak, siapkan kertas ulangan, kita ulangan bahasa jepang sekarang” kata sensei, bahasa jepang yang artinya guru. Ya Tuhan gimana mau ngabari Cita, bingung Robet.
Saat istirahat Cita pun kekelas Robet dan dia pun bertemu Joe teman sebangku Robet, dan Cita menanyakan Robet yang ternyata sudah berangkat untuk acara walkshop tersebut,
“Terima kasih ya Joe (meninggalkan Joe) mungkin walkshopnya sebentar, aku tunggu aja dihalte sekolah nanti kalau sudah pulang sekolah” kata Cita dan berusaha mencari charge untuk mengisi ponselnya yang habis, akhirnya dia mendapatkan pinjaman dari Radita teman satu dancenya.
Jam satupun sudah berlalu, Cita sudah menunggu Robet lima menit setelah bel sekolah berakhir. Awalnya Rani menemani Cita dihalte karena takut kenapa-napa, tetapi Rangga sudah menjemput Rani,
“Gak apa-apa nih ditinggal sendiri ?” kata Rani ragu
“Iya gak apa-apa, habis ini juga pasti Robet datang” kata Cita meyakinkan Rani
“Ya sudah kalau gitu, aku duluan ya !” kata Rani, Cita pun mengangguk. Sepuluh menitpun berlalu, Cita agak jengkel, karena begitu lama Robet tak datang,
“Kok lama ya walkshopnya (memegang ponsel dan berkali-kali mengirim pesan ke Robet) kok gak dibalas sih (menengok kekanan dan kekiri)” halte sekolah dan sekolahpun mulai sepi, Cita sudah sedikit agak takut.
Robet pun sudah sampai rumahnya dan menancapkan charge ke ponselnya sebari menghidupkan ponselnya. Nada pesanpun berulang kali berbunyi, wih banyak banget pesannya, batin Robet
“Oh dari Cita (membuka pesannya)”, dan isi pesannya,
13:01 yank kok lama sih walkshopnya
13:21 yank aku tunggu dihalte
13:41 yank masih lama ta ? mau turun hujan nih
14:00 yank hujan nih, gak pulang ta ?

Robet pun panik berarti Cita masih dihalte, pikir Robet dan langsunglah dia menyalakan sepeda motornya sambil hujan-hujanan. Sampainya dihalte sekolah, Cita menoleh ke Robet dengan badan yang kaku dan tangannya mendekap pada tubuhnya,
“Sayang, sudah selesai walk . . .(tergeletak)”
“Cita ! ya Tuhan, badanmu panas banget, ya Tuhan bodohnya aku membiarkan pacarku kedinginan karena menungguku (meletakkan telapak tangannya di kening dan di leher Cita) ya Tuhan panas sekali (menggendong Cita dan mengemudikan sepeda motornya) sayang sabar dulu ya, aku antarkan kamu pulang (memegang tangan Cita yang melingkar ditubuhnya)” Robet begitu khawatir terjadi yang tidak diharapkan olehnya. Sampainya dirumah Cita, Cita langsung digendongnya dan mengetuk pintu rumahnya hingga bibik membukakan pintunya,
“Ya Allah non Cita, kenapa ini den Robet ? badan non Cita panas banget”
“Bibik, saya minta tolong sekali, buatkan kompresan air hangat dan teh hangat untuk Cita, oh ya sama minyak hangat ya, untuk menyadarkan Cita” kata Robet yang bingung menekan ibu jari Cita, sayang ayo bangun !, khawatirnya Robet dengan keadaan Cita. Setelah , bibik membuatkan semua, Robet langsung mengoleskan minyak hangat didekat hidung Cita dan membuat Cita sedikit sadar,
“Sayang, ayo bangun sedikit. Minum tehnya biar badannya hangat (menuangkan teh pada bibir Cita)” setelah meminumkan tehnya, Robet meminta bibik untuk menggantikan pakaian Cita yang basah dengan pakaian yang kering dikamar Cita sebelumnya Robet menggendong Cita kedalam kamarnya dan Robet menunggu Cita diruang tamu hingga Robet tertidur dan bermimpi bila Cita meninggalkan dia untuk selamanya dan bibik membangunkan Robet,
“Den, den Robet (menepuk pelan tangan Robet)”
“Hmm, eh bibik. Cita sudah sadar ?” kata Robet
“Sudah den, non Cita minta den Robet ke dalam kamar” kata bibik “permisi den” lanjut bibik berkata, Robet mengangguk dan berjalan kekamar Cita, dia melihat Cita begitu lemas dan masih kedinginan,
“Sudah mendingan ?” kata Robet memegang kening Cita dengan telapak tangannya, Cita hanya mengangguk dan berkata,
“Sayang, kamu pulang sana gih. Aku mau istirahat” kata Cita
“(mengangguk) istirahat yang nyenyak ya sayang (memakaikan selimut pada tubuh Cita dan mencium kening Cita) I love you sayang” kata Robet
“(memejamkan matanya) I love you too sayang (tertidur)” Robet pun meninggalkan Cita dan segera pulang setelah berpamitan pada pembantu Cita.

* * *

    Seminggu telah berlalu, Cita sudah tidak masuk sekolah sejak saat dia kehujanan selasa lalu dan membuat Robet semakin khawatir karena ponsel Cita tidak dapat dihubungi dan kak Heri juga Tama tidak mengaktifkan ponsel mereka itu yang membuat Robet sangat khawatir dengan keadaan Cita. Hari seninpun hadir kembali, dicuaca yang indah dan cahay matahari yang begitu bersinar cerah membuat Robet berharap Cita akan masuk sekolah, tetapi itu semua hanya harapan palsu saja, Rani tiba-tiba menghampiri Robet dengan air mata yang mengalir begitu deras mebuat Robet bingung,
    “Ada apa Ran ? kenapa kamu menangis ?” kata Robet
    “(menangis) Ci .. Ci .. Cit .. Citt .. Cita, Bet, Cita ! (menangis)”
    “Iya Cita, Cita kenapa Ran ?” kata Robet memegang pundak Rani
    “Cita meninggal (menangis didada Robet)” kata Rani semakin deras menangis
    “(memegang kedua pundak Rani) kamu bohong, jangan main-main kamu bilang seperti itu (gemetaran)” kata Robet, Rani mengangguk kan menunjukkan pesan dari kak Heri dan dari Tama yang berisi,
    05:22 Assalamu’alaikum, teman-teman Cita, sebelumnya aku sebagai kakak Cita, meminta maaf bila Cita ada kesalahan yang tak sengaja atau sengaja. Hari ini adikku, Cita telah pergi meninggalkan kita untuk selamanya karena pembekuan darah diotaknya. Mohon maafkan kesalahan Cita.
    05:25 kak Rani, maafin kesalahan kak Cita ya L kak Cita meninggal dunia dini hari tadi, gara-gara darah diotaknya membeku.
    Robet yang membaca seluruh pesan itu bergegas membawa sepeda motornya dengan kencang menuju rumah Cita. Didepan rumah Cita sudah ada bendera dengan lambing plus berwarna merah dengan latar belakang berwarna putih, Robet masih belum menyangkanya, dia memakirkan sepeda motornya didepan rumah Cita dengan perlahan dia masuk kerumah Cita dan diruang tau begitu banyak orang yang datang mengelilingi kain batik coklat yang menutupi sebuah jasad, semua orang melihat Robet dan Tama pun mendekatinya, dipegangnya tangan Robet menuju lebih dekat lagi siapa dibalik kain batik itu. Dan kak Heri pun membuka kain itu dan betapa terkejutnya Robet yang dibalik kain itu adalah Cita, kekasih hatinya yang begitu dia sayangi. Robet seketika menitihkan air mata dan mendekap tubuh CIta yang sudah tak bernyawa itu, Tama memberikan sepucuk surat yang terbungkus rapi diamplop berwarna biru laut dengan tulisan didepannya adalah “From Cita yang selalu Cinta pada Robet, untuk Robet yang selalu dihati Cita” Robet langsung membuka isi surat itu dan kertasnya tidak putih seperti kertas biasa, tetapi kertasnya ada bercak darah yang masih begitu segar dengan pena berwarna biru warna kesukaan Cita,
“Dear Robet yang ku Cinta . . .
Terima kasih sudah mengisi hari-hariku yang sepi menjadi begitu ramai dengan keindahan dan keromantisan darimu. Maaf juga tak bisa menjadi kekasih yang baik dihatimu dan dikehidupanmu. Kejadian saat aku kehujanan selasa lalu bukanlah akibatmu, memang aku saja yang ceroboh, sudah tahu tidak betah dingin tetap saja dilawan. Jangan merasa bersalah kasihku, Robet, itu semua bukan karena kamu. Maafkan aku beberapa hari yang lalu tak mengabarimu, karena aku sedang berobat diluar negeri untuk menetralisirkan pembekuan darah diotakku, aku tak tahu apa aku bisa menemanimu lagi, bisa merasakan cubitan pipimu lagi, bisa merasakan dekapan hangatmu lagi, merasakan lembutnya tanganmu saat memegang tanganku, melihatmu tersenyum manis kepadaku dan mengatakan aku pipi bakpo strawberry J aku rindu itu semua. Jika aku tak bisa merasakan itu semua, berarti aku sudah tak bisa lagi disisihmu dan menemani hari-harimu lagi, tetapi yakinlah bahwa aku selalu mencintaimu hingga akhir hidupku.
Salam cintaku pada Robet
I Love You Sayang

Citara Mahadewi”


    Robet mendekapkan serat itu didadanya dan menitihkan air matanya yang begitu mulia dan air mata itu hanya untuk Cita yang dia Cinta, kak Heri dan Tama meninggalkan Robet untuk membiarkan dia dan jasad Cita berdua walaupun disisih kanan kirinya ada orang-orang yang membaca tahlil untuk Cita. Robet menatap wajah Cita yang begitu merona indah walaupun pucat dan kaku, dibelainya rambut Cita dan mengelus pipi Cita, sayangku Cita, aku akan selalu mencintaimu hingga aku menyusulmu disurga nanti, batin Robet sambil mengecup kening Cita untuk yang terakhir kalinya. Kala cinta datang menghantui kita, kita tak bisa mengelaknya atau menimbunnya dalam-dalam dihati. Sedalam apapun kita menyimpan rasa cinta, cinta itu akan timbul dan akan tertuah kepada orang yang kita cintai.
* THE END *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar